twitter


     Alhamdulillah. Sekarang udah jadi mahasiswa jurusan Psikologi, Universitas Bina Darma, Palembang.
Sekarang sedang duduk di Laboratorium Komputer E.


Mata Kuliah Semerter 1

Selasa   : Psikologi Umum 1
Rabu     : Filsafat Umum dan Manusia, Antropologi
Kamis   : Statistik 1, Pkn
Jumat    : Kreativitas dan Berpikir Kritis
Sabtu    : Pendidikan Agama Islam, Komputer, Kriminologi, Sosiologi



Kala mentari memancarkan sinarnya
Tetap ingat kan tentara malam yang pernah kutulis pada catatan harian
Bukan catatan harian sang pelajar bodoh, tentu
Menerobos angin diatas kemelaratan bak mendongak langit diatas kemewahan
Entahlah,
Di film-film biasanya
Titik-titik air membasahi
Mentari memaksa muncul hingga bulan harus kesiangan
Tetap ingat kan senja yang mau tidak mau, mengalah



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
            Selamat siang,
            Salam sejahtera untuk kita semua,
            Yang saya hormati Ibu Elva Yunelti, S.Pd. dan teman-teman yang saya sayangi.
            Pada kesempatan yang insya Allah penuh berkah ini, marilah kita ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan rido-Nya, kita semua masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan.
Pada kesempatan yang baik ini, saya akan menyampaikan pidato mengenai bahasa Indonesia. Bahasa menunjukkan bangsa. Demikianlah sebuah peribahasa yang terdengar akrab di telinga. Peribahasa ini mengandung pengertian yang amat dalam, bahwa tingkat peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari bahasanya.
Kita sebaiknya memandang bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi agar lawan bicara dapat mengerti apa yang kita maksud. Bahasa harus dipandang sebagai suatu unsur dari kebudayaan yang harus dilestarikan dari peradaban tingkat tinggi manusia hingga akhirnya bisa dijadikan sebagai salah satu identitas bangsa.
Bahasa Indonesia semakin tergilas, semakin luntur karena datangnya bahasa-bahasa asing lain. Anehnya, kita menyambut dengan senang hati kedatangan bahasa asing itu dan seakan melupakan bahasa nasional kita sendiri. Jika sekadar menyerap bahasa asing yang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia, maka hal itu tidak menjadi masalah, dan bahasa asing tersebut turut serta dalam memperkaya bahasa Indonesia. Tetapi jika sebenarnya ada padanannya dalam bahasa Indonesia dan lebih memilih menggunakan bahasa asing maka sebenarnya kita sedang turut serta dengan sengaja memasukkan atau mencampurkan bahasa asing dalam usaha menenggelamkan bahasa Indonesia.
Kita lebih mengenal kata mangrove dan pink dari pada bakau dan merah jambu, ada juga kata-kata yang memang sudah tergusur, seperti mangkus dan sangkil. Kata-kata ini digantikan oleh kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu efektif dan efisien. Karena kata itu pada kenyataannya lebih banyak diminati dan dipakai.
Bahkan, media yang seharusnya menjadi sarana bagi masyarakat untuk belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar, ikut-ikutan nginggris. Contohnya, stasiun televisi yang menyuguhkan acara-acara yang diberi judul bahasa Inggris seperti Master Chef, Indonesian Idol, Take Me Out dan “Save Our Nation”, mau menyelamatkan Indonesia tetapi tidak menggunakan bahasa Indonesia. Padahal yang menjadi segmen pasar dari acara-acara itu adalah orang Indonesia. Mau tidak mau bangsa kita jadi terlihat kebarat-baratan dan membuat bahasa Inggris terlihat semakin keren, pintar dan ilmiah.
Tidakkah kita ingat dengan sumpah pemuda yang dulu diucapkan sesepuh kita pada 28 Oktober 1928 yang salah satu pasalnya berbunyi “menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Jika kita tidak menjunjung tinggi bahasa Indonesia, maka sebenarnya kita sedang melanggar sumpah pemuda.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang paling kuat di kawasan Asia Tenggara dan menjadi lambang tradisi komunitas Melayu di masyrakat Afrika Selatan. Bahasa Indonesia juga diakui oleh sastrawan di dunia sebagai bahasa yang sangat indah. Oleh karena itu, kita wajib menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Menghormati bahasa Indonesia tidak lantas membuat kita menutup diri terhadap bahasa luar, misalnya bahasa Inggris. Harus kita akui bahwa bahasa Inggris adalah bahasa Internasional dengan jumlah penutur terbanyak dan tersebar di dunia. Tidak salah jika kita fasih berbahasa Inggris. Tapi kita harus tahu kapan dan dimana menggunakannya.
Kita harus mengubah paradigma tentang bagaimana melihat sebuah bahasa, bahwa bahasa adalah alat yang dipakai untuk berjuang dalam menunjukkan jati diri bangsa di dunia. Bangsa yang menghargai budayanya – dalam hal ini bahasa – akan dihargai.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah kecintaan terhadap budaya, sebagai upaya dalam mempertahankan keaslian dan salah satu bentuk penghargaan kita terhadap jasa-jasa pahlawan. Tunjukkan kepada dunia bahwa kita memiliki bahasa Indonesia yang indah, mudah dimengerti dan pantas dijadikan sebagai bahasa pergaulan antar bangsa, layaknya bahasa Inggris atau bahasa Mandarin. Selamat berjuang dalam menggunakan bahasa Indonesia, meneruskan apa yang dahulu pernah diperjuangkan oleh para pahlawan kita. Menunjukkan kembali jati diri kita sebagai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia.
Demikianlah ajakan dan harapan yang saya sampaikan kepada teman-teman.
Terima kasih atas perhatian yang telah diberikan.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Gak kerasa aja udah kelas XII, sekarang nih ngegalauin jurusan apa sih yang paling gua minatin. Gua paling suka belajar Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, hobi baca buku, nonton film, dengerin musik, punya prestasi di Paskibraka, Olimpiade TIK, Jambore Anak Indonesia, Bujang Gadis, dan yang paling banyak Fashion Show sama nari. Gak minat banget kuliah di jurusan bahasa dan politik.
Sampai hari ini gua masih bingung mau nanya apa ke siapa biar bisa dapet jawaban untuk pertanyaan “Rheta masuk jurusan apa ya?” Cita-cita gua sejak kecil juga bukan seperti anak lainnya yang mau jadi Dokter, Arsitek atau putri raja, tapi gua mau jadi Astronout.
Selama ini, nanya ke siapapun gak bakal ngebantu karna jawabannya itu itu aja. “Cari jurusan yang paling diminati, yang kira-kira paling nyaman, yang gak setengah hati, yang kamu banget, yang prospek kerjanya bagus”. Enak aja ngomong gituan, tapi apa contohnyaaaa??
Nanya ke guru BK sama aja bo’ong, ditanyain “Buk, Rheta masih bingung mau milih jurusan apa, gimana sih cara nentuin jurusan yang sesuai dengan kepribadian, bakat dan minat Rheta, Buk?” jawabannya gini nih “milih jurusan ya yang sesuai sama kepribadian, bakat dan minat, kan kamu yang bakal ngejalanin” Yaaaah.. itu sih ngebolak balik pertanyaan gua!
Ribet lagi kalo nanya sama orang yang lebih parah, jawabannya lebih ngawur. “Cari yang peminatnya dikit, yang passing grade nya rendah, jurusan apa aja deh yang penting kuliah, udah gak usah kuliah lu nikah aja sama gua”. Nikah aja sama bapak lu!
Pas lagi bingung sama diri sendiri, eh yang lain malah minta pendapat gua tentang jurusan apa yang harus dia pilih. Rasanya dunia suram tanpa mentari. Gua langsung pura-pura mati.